Minggu, 19 September 2010

harga naik?



4775bursa-fast-moving-axl-1.jpgKondisi yang belum menentu sepertinya akan jadi bertambah simpang-siur soal kemungkinan naik harga ban. Terlebih pedagang sudah mengendus kabar lebih dulu kalau ada kabar kenaikan harga. Diperkirakan kenaikan lebih dari 3%. Gaswat!

“Awalnya dikabarkan ban naik Juni. Tapi, kayaknya mundur. Kenaikan cuma untuk ban buatan dalam negeri. Harga ban impor tetap,” beber Teddy, Marketing Director CV. Kurnia Lestari, salah satu distributor beberapa merek ban untuk Jakarta dan sekitarnya.

Kabar kenaikan ban juga disambut ragu sama produsen. Ada yang menganggap kenaikan bisa aja terjadi, tapi bergantung pada produsennya. “Februari lalu sudah naik sekitar 2%-3%. Kalau sekarang naik lagi, kita masih pertimbangkan,” ujar Daniel, Area Sales Supervisor, PT Banteng Pratama Rubber (BPR), produsen Mizzle.

Memang, awal Januari 2010 produsen ban terpaksa menaikkan harga. Ada dua alasan kuat kenapa banderol ban kudu dikatrol. Pertama, sejak 2008 dengan kondisi ekonomi dunia meningkat harga ban produsen di Indonesia dipaksa enggak naik. Pastinya supaya permintaan enggak me lonjak turun. Artinya, produsen ban Tanah Air sudah menahan diri hampir dua tahun enggak menaikkan harga.

Faktor kedua yang bikin naik melonjaknya harga karet alam sejak Januari 2010. Per April 2010 harga karet di Bursa Komoditas Tokyo 342,4 Yen per kg yang artinya naik 54,4 Yen per kg.

“Hitungan secara menyeluruh karet naik 10%, tapi kenaikan harga ban belum tentu 10%. Mungkin bisa 3%-5%, tapi belum pasti ya karena belum ada keputusan,” jelas Riza, Sales-1 Sub Dept Head PT Suryaraya Rubberindo Industries (SRI), Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Pastinya produsen kulit bundar yang bergabung di Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) masih menghitung angka kenaikan yang bisa diterima konsumen. “Itu masih perdebatan. Belum tahu berapa naiknya. Pokoknya harga resmi kenaikan di pasar Agustus nanti,” timpal Harjono perwakilan dari APBI, Jakarta.

Kalau pun ada kenaikan, yang dikhawatirkan adalah produsen lokal. Pasalnya, kondisi permintaan barang dan jasa di Indonesia belum kelihatan menggembirakan. “Tahun ini tidak sebagus tahun lalu. Saya khawatir kalau ada kenaikan harga di tahun ini bisa bikin bertambah buruk pada permintaan ban lokal di sini,” jelas Gunawan dari Sales Resprentative PT Industri Karet Deli, produsen ban Swallow dan Deli Tire, Sumatera Utara.

Kemungkinan besar pada pertengahan Juli nanti pabrikan akan mengeluarkan harga resmi ban motor lokal yang naik harga. Dan baru di Agustus harga di pasaran akan ikut melonjak.

DAFTAR HARGA

Swallow
275-14 Rp 105.000
300-14 Rp 130.000
275-16 Rp 125.000
300-16 Rp 150.000
225-17 Rp 88.000
250-17 Rp 108.000
70/80-17 Rp 170.000
70/90-17 Rp 148.000
80/80-17 Rp 181.000
80/90-17 Rp 181.000
90/70-17 Rp 238.000
90/80-17 RP 238.000
250-18 Rp 115.000
275-18 Rp 145.000
70/90-16 Rp 108.000
80/90-16 Rp 135.000
90/80-16 Rp 188.000
50/90-17 Rp 86.000
60/80-17 Rp 97.000
70/80-17 Rp 108.000

IRC
70/90-14 Rp 103.000
70/90-14 Rp 150.000
80/90-14 Rp 123.000
80/90-14 Rp 116.000
70/90-16 Rp 115.000
80/90-16 Rp 145.000
90/100-16 Rp 177.000
120/80-16 Rp 238.000
70/90-17 Rp 121.000
80/90-17 Rp 161.000
90/80-17 Rp 270.000
70/90-18 Rp 147.000
80/90-18 Rp 142.000
100/90-18 Rp 253.000

Comet
50/100-17 Rp 111.000
60/90-17 Rp 117.000
70/90-17 Rp 132.500
80/90-17 Rp 178.500
90/80-17 Rp 215.500
70/90-17 Rp 132.500
70/90-14 Rp 200.000
80/90-14 Rp 247.000
90/90-14 Rp 295.000
80/90-14 Rp 205.000
90/90-14 Rp 237.000
90/80-17 Rp 390.000
90/80-17 Rp 390.000
90/80-17 Rp 410.000
250-17 Rp 142.000
275-17 Rp 187.000
300-18 Rp 253.000
350-18 Rp 288.000

Corsa
80/80-17 Rp 120.000
90/80-17 Rp 160.000
100/80-17 Rp 270.000
250 - 17 Rp 110.000
275 - 17 Rp 145.000
120/70 - 17 Rp 335.000
80/80 - 14 Rp 137.000
90/80 - 14 Rp 166.000
100/80 - 14 Rp 205.000
110/80 - 14 Rp 231.000
120/70 - 14 Rp 256.000
2.50 - 18 Rp 130.000
2.75 - 18 Rp 172.000
3.00 - 18 Rp 199.000
70/90 - 17 Rp 145,000
80/90 - 17 Rp 172.000
70/90 - 14 Rp 127.000
80/90 - 14 Rp 140.000
80/80 - 17 Rp 170.000
90/80 - 17 RP 220.000

FDR
70/90 - 14 Rp 103.000
80/90 - 14 Rp 123.000
90/90 - 14 Rp 158.500
60/100 - 17 Rp 102.000
70/90 - 17 Rp 115.000
80/90 - 17 Rp 153.500
80/90 - 18 Rp 178.000
90/90 - 18 Rp 208.000
2.75 - 18 Rp 163.000
3.00 - 18 Rp 195.000
100/90 - 18 Rp 253.000
80/80 – 14 Rp 165.500
90/80 – 14 Rp 192.500
110/80 – 14 Rp 270.500
120/70 – 14 Rp 303.500
110/70 – 17 Rp 352.000
130/70 – 17 Rp 464.000

Penulis/Foto : Niko/Dok. MOTOR Plus
Ukuran : 24-34 mm
Merek : Koso
Harga : Rp 450- Rp 550 ribu
Alamat : Sinar Jaya
Jl. Otista Raya No. 39A Jakarta Timur
Telepon : (021) 8520153

rasio standar


2010-09-08 00:42:23
5528shogun-drag-depok-axl-1.jpgSuzuki Shogun 110 ini mempunyai catatan waktu cukup fenomenal. Untuk ukuran kelas 125 cc termasuk sedikit yang bisa menorehkan waktu hinga 8,8 detik di trek 201 meter. Namun saat event drag di Harapan Indah lalu, hanya bisa di waktu 9 detik pas. Dengan joki Toni Montana, rasanya memang masih sulit untuk mengalahkan waktunya. Apa sih rahasia yang tersimpan di motor bikinan bengkel Satelit Motor (SM) ini. "Kita juga rada bingung nih kalau ditanya rahasianya, sebab ini hasil riset tahunan," kata Bobi Luckyansyah, selaku manager dari motor ini.
5529shogun-drag-depok-axl-2.jpg
Misalnya saja untuk piston. "Menggunakan punya GL Pro Neo Tech, itu kan sudah jamak yang pakai," lanjutnya. Piston berukuran 57 mm kemudian dikombinasikan dengan ubahan stroke sepanjang 1,5 mm naik-turun. Totalnya stroke naik 3 mm. Jadinya 48,8 + 3 = 51,8 mm.

Menurut Bobi lagi, hasil kombinasi diameter dan stroke piston ini yang membuat kapasitas mesin sekarang ini menjadi sekitar 130,8 cc.

"Itu masih dalam batasan regulasi kelas bebek 125 cc 4-tak," lanjut ayah 1 anak ini. Dengan kondisi ini tenaga diyakini Bobi cukup besar, sementara kompresinya menjadi 13 : 1. Meningkatnya kompresi ini juga akibat desain kepala piston yang sudah lumayan jenong.

5530shogun-drag-depok-axl-3.jpg"Selain itu batasan kompresi seperti itu masih aman buat balapan yang hanya beberapa detik itu. Dijamin mesin tetap awet," beber Bobi lagi. Sementara itu untuk noken as menggunakan custom dari mekanik kondang Ahon yang memang terkenal spesialis meracik kem. "Tapi kami juga lupa derajatnya, yang pasti percaya aja deh sama kem racikan Ahon," ungkap pengusaha swasta ini.

"Nah, dengan suplai tenaga yang cukup besar itu maka perlu penyesuaian juga untuk rasionya, supaya perpindahan gigi pas dan enggak ada tenaga yang terbuang percuma," tambah warga Kelapa Dua, Depok ini.

Setelah beberapa kali uji coba, diyakini cukup mengandalkan rasio standar Shogun. Sama sekali tidak ada yang diubah. "Mulai gigi 1 sampai 4 masih aslinya, terbukti itu yang optimal untuk kondisi mesin yang tenaganya sekarang sudah cukup besar," timpal Eko, mekanik dari SM yang sudah lama meriset motor ini.

Selain itu kondisi gir memang perlu diganti dengan yang sedikit lebih berat di bawah. "Itu untuk menghindari gejala ban spin saat melakukan start. Karena kondisi saat motor dilepas itulah yang paling menentukan," jelas Bobi sambil bilang kalau kombinasi yang dipilihnya yaitu 15 : 35.

"Rasio memang begitu penting. Tapi gak masalah jika dirasa cukup hanya pakai standar," pesan Bobi.

DATA MODIFIKASI


Piston : GL Neo Tech
Klep : Sonic
Per klep : Jepang
Kem : Custom
CDI : Rextor
Koil : YZ
Karburator : Keihin PE 28
Knalpot : Creampy
Sok depan : Posh
Sok belakang : CMS
SM : (021) 99821010

Kamis, 16 September 2010

Pertarungan CDI Unlimiter: CDI Rextor, CDI BRT, XP 202, CDI Cheetah

OTOMOTIFNET – Setelah sebelumnya melakukan tes optimalisasi bahan bakar dengan berbagai macam produk pengirit bahan bakar yang di rancang oleh Hendry Martin, ST. Kali iniOtonetters, komunitas member di Forum OTOMOTIFNET.COM kembali mengibarkan bendera Otoneters Indepnedent Tester dengan melakukan pengetesan CDI programmable untuk Honda Supra X125.
Sekaligus dipilih 4 merek dalam pengetesan ini yaitu BRT, Rextor, XP202 dan Cheetah Power. Syaratnya harga jual masing-masing CDI yang diiukutkan dalam komparasi ini harus tidak lebih Rp 500 ribu. Harga ini paling ideal untuk kebutuhan korek harian atau sekedar plug & play pada motor dengan spek standar.
Pengetesan CDI berlangsung cukup panjang dari akhir Februari hingga awal April ini. Panjangnya waktu disebabkan ada empat variable pengetesan yang dites secara terpisah. Yaitu, peak rpm untuk mencari siapa yang punya limiter paling tinggi. Kemudian ada tes akselerasi dengan menggunakan alat ukur Racelogic.
Dilanjutkan dengan melakukan tes konsumsi bahan bakar dan terakhir tes power dan torsi dengan dyno tes. Tujuan pengetesan ini dalam beberapa tahapan terpisah, bukan untuk mencari siapa yang terbaik diantara keempat CDI tersebut. Tapi lebih berfungsi untuk memetakan mana yang terbaik sesuai kebutuhan konsumen. Mengingat tiap CDI memiliki karakter yang berbeda satu sama lain.
Motivasi konsumen dalam memilih CDI pun berbeda-beda. Ada yang mengganti CDI sekedar karena mencari tenaga besar tapi ada juga yang hanya ingin akselerasi motornya makin ngacir atau malah ingin konsumsi bahan bakarnya semakin irit. So, mari ikuti ringkasan dari empat proses pengetesan ini.
Pengetesan ini dilakukan pada sebuah Honda Supra X125 pinjaman dari PT Astra Honda Motor (AHM) dalam kondisi benar-benar baru dan standar tanpa ubahan apapun. Juga dipilih tiga tester untuk menjalani semua rangkaian pengetesan. Dua dari member ForumOTOMOTIFNET.com (Bintang Pradipta dan Spidlova) dan satu wakil dari redaksi OTOMOTIFNET.com (Popo).
Dalam keseluruhan pengetesan ini digunakan kurva yang telah direkomendasikan oleh masing-masing produsen CDI. BRT meminta klik kurvanya disetting di posisi angka 8 yang artinya timing pengapian di atur pada 35 derajat sebelum titik mati atas. Rextor memilih kurva ditaruh di posisi angka 0. Sedang Cheetah Power menyarankan untuk menggunakan kurva pertama. Dan XP202 karena tidak memiliki pilihan kurva maka langsung colok.
Pengetesan Tahap 1 : Siapa Limiter Tertinggi?
Bertempat di bengkel Otomotif Service Station (OSS), pengukuran dilakukan dengan rpm meter merek BRT. Suhu mesin dipatok 70 derajat celcius dengan toleransi 5 derajat celcius. Masing-masing CDI dapat giliran digeber dua sampai tiga kali. Hasilnya saat di gas pada putaran mesin( rpm) paling tinggi, semua CDI ini mampu membuat mesin berteriak lebih dari 12.000 rpm. Bandingkan dengan CDI standar yang hanya bermain di angka 9.000 rpm.
CDI Standar = 9.841 rpm
CDI BRT Neo Click = 12.930 rpm
CDI Cheetah Power CP 400 = 12.700 rpm
CDI XP = 12.400 rpm
CDI REXTOR = 12.280 rpm

Pengetesan Tahap 2: Siapa Akselerasi Tercepat?
Bertempat di depan kantor OTOMOTIFNET.com pengetesan akselerasi dimulai pada jam 11 malam saat kondisi jalan sudah benar-benar lengang. Panjang lintasan sekitar 300 meter, 200 meter untuk pengetesan dan 100 untuk jarak pengereman. Panjang trek ini mirip panjang lintasan drag bike yang panjangnya 201 meter.
Kondisi mesin tetap standar tanpa ubahan apapun. Dan semua tester (Bintang pradipta, Spidlova dan Popo) punya kesempatan 2 kali running untuk tiap CDI. Hasil di bawah ini diambil catatan waktu terbaik untuk 100m dan 200m. Catatan waktu selama pengetesan ini diukur dengan alat ukur Racelogic.
CDI Standar
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.0
0-200     14.7
Bintang Pradipta
0-100     11.7
0-200     16.7
Popo
0-100     09.0
0-200     14.1

CDI BRT Neo Click
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.3
0-200     15.1
Bintang Pradipta
0-100     09.4
0-200     14.2
Popo
0-100     08.5
0-200     13.3

CDI Cheetah Power CP 400
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     08.1
0-200     12.9
Bintang Pradipta
0-100     09.6
0-200     14.6
Popo
0-100     09.3
0-200     14.4

CDI XP
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     09.5
0-200     14.4
Bintang Pradipta
0-100     09.7
0-200     14.6
Popo
0-100     09.1
0-200     14.0

CDI REXTOR
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.6
0-200     15.4
Bintang Pradipta
0-100     09.6
0-200     14.5
Popo
0-100     09.2
0-200     14.1

Pengetesan Tahap 3: Sipa Konsumsi Bahan Bakar Teririt?
Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan menggunakan burette (gelas ukur), cara pengetesannya dengan melihat siapa yang paling cepat menghabiskan 100ml bensin. Secara sederhana dari hasilnya bisa dilihat, yang cepat habis berarti boros sedang yang lama abisnya berarti irit.
Saat pengetesan motor dalam keadaan diam dengan suhu mesin dipatok pada kurang lebih 70 derajat celcius. Dan putaran mesin dibuat statis pada 5000rpm. Pengukuran dilakukan dengan 3 stopwatch yang dipegang oleh Arseen lupin, Nanda, dan David. Didapat hasil rata-rata sebagai berikut:
CDI Standar : 1 menit 16 detik
CDI BRT Neo Click : 1 menit 25 detik (penghematan 11,84%)
CDI Cheetah Power CP 400 : 1 menit 22 detik (penghematan 7,89%)
CDI XP : 1 menit 15 detik (lebih boros 1,31%)
CDI Rextor : 1 menit 17 detik (penghematan 1,31%)

Pengetesan Tahap 4: Siapa Power Tertinggi?
Test terakhir ini dilakukan di dynamometer bermerek Dyno Dynamic milik bengkel Khatulistiwa dikawasan Jl Pramuka, Jakarta Timur. Pengetesan dyno dilakukan tanpa ubahan apapun pada motor. Bahkan settingan angin dan bensin pada karburator dibuat seragam meski gonta ganti CDI. Pengetesan dilakukan 2 kali, dengan spuyer standar dan dengan spuyer yang sudah naik satu step dari standar. Ukuran 35/75 menjadi 38/78.
CDI juga tetap menggunakan pilihan klik/kurva yang sama dengan 3 test sebelumnya. Pada pengetesan ini suhu mesin dipatok seragam pada 90 derajat celcius sebelum mesin digas. Berkat blower yang dipasang di dekat blok silinder suhu mesin selama pengetesan bisa stabil dikisaran 100-110 derajat celcius. Dan tiap CDI punya kesempatan 5 kali run. Hasil yang diperoleh cukup mencengangkan.
Sesi pertama tanpa jeting
Max Power CDI Standar : 8 dk
Max Power CDI XP : 7,8 dk
Max Power CDI Rextor : 7,9 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 7,3 dk
Max Power CDI BRT : 7,7 dk

Sesi kedua dengan jeting

Max Power CDI Standar : 7,4 dk
Max Power CDI XP : 6,1 dk
Max Power CDI Rextor : 7,5 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 6,8 dk
Max Power CDI BRT : 7,3 dk
Created By: otomotifnet.com

daftar harga knalpot R9