Kamis, 08 Juli 2010

Canon EOS 7D, Kokoh di Video dan Gambar


CANON EOS 7D bukanlah pengganti EOS 50D yang harganya Rp8,2 juta. Dengan harga Rp13,2 juta, positioning EOS 7D berada di antara EOS 50D dan EOS 5D Mark II yang mencapai Rp19 juta.

Ketiga DSLR ini diciptakan untuk konsumen profesional. Terutama mereka yang tidak lagi bergantung pada setingan otomatis untuk mendapat gambar sesuai keinginan dalam berbagai kondisi pemotretan. Ketika pertama kali menggenggam DSLR ini, EOS 7D diyakini mengusung grade 'profesional'. Fokus otomatis dan metering yang lebih advance, image buffer pendek, continous shooting hingga 8 frame per detik (fps), hingga kemampuan mengontrol Speedlite lebih dari satu dari builtin flash-nya jadi bukti awal.

Pesona 7D akan semakin terllihat jelas saat menemui adanya fasilitas yang sangat luas bagi fotografer untuk melakukan kustomisasi setting kamera, pun mencoba kemampuannya merekam video high definition (HD) yang sangat baik. Fitur video ini sudah teruji untuk membuat film pendek maupun pembuatan iklan televisi, yang tentu saja akan mengurangi jauh ongkos produksi, mengingat membeli kamera khusus film sangatlah mahal dibanding DSLR. Karena itu, EOS 7D sangat ideal untuk pewarta foto, fotografer amatir atau hobi yang ingin mendapat kualitas kamera yang lebih, juga sutradara atau mereka yang bergerak di dunia multimedia.

Kalau boleh disebut 'kekurangan', ini terasa dari fleksibilitas EOS 7D yang memungkinkan banyak sekali pilihan kustomisasi. Bahkan, beberapa teman fotografer yang menggunakan EOS 7D ternyata belum memanfaatkan semua fasilitas kustomisasi tersebut. Karena itu, ada alasan bagus untuk membaca dan mempelajari buku manual sebanyak 275 halaman sebelum mengutak-atik kamera ini. EOS 7D menggunakan sensor crop/APS-C CMOS beresolusi 18 MP. Sensor APS-C sebelumnya sudah digunakan dalam jajaran seri semiprofesional dengan tradisi nomenklatur dua digit, laiknya EOS 50D.

Bedanya, resolusi EOS 50D hanya 15,1 MP yang setara dengan Nikon D300s. Sensor yang lebih besar memang rentan noise, tapi ada Dual DIGIC 4 Image Processors yang mengimbanginya. Untuk hasil foto yang berukuran besar, detail masih terasa tajam. Prosesor itu juga yang membuat EOS 7D berkemampuan memproses data gambar berukuran 18.0 MP pada 8 frame per detik. Beberapa kali menggunakannya dengan hasil sangat puas. Continous shoot yang powerful membuat EOS 7D tepat digunakan pewarta foto untuk menangkap momen-momen cepat. Dari sepak bola hingga ajang balap mobil.



Klaim dari Canon, shutter unit EOS 7D dapat digunakan hingga 150.000 kali jepret tanpa rusak. Ini memberikan fotografer memiliki banyak waktu sebelum menyambangi service center. Begitu juga saat menggunakan fitur Live Mode (menggunakan layar LCD untuk melihat gambar seperti kamera saku digital). Cukup berguna saat harus memotret di kerumunan dan terpaksa mengangkat kamera dengan kedua tangan. Praktis. Kecepatan fokus dalam mode ini pun masih sama dengan mode normal.

Namun, yang paling menawan dari EOS 7D adalah jumlah 19 titik fokus otomatis. AF sensornya mampu menampilkan pilihan fokus berbeda untuk berbagai kebutuhan pemotretan. Mulai grid, spot metering, AF point display, zone AF, hingga single point. AF point expansion, misalnya, cocok digunakan untuk pemotretan sepak bola. Sebaliknya, untuk memfokuskan pada objek kecil, cukup memanfaatkan Spot (single point) yang bisa diatur titik fokusnya secara manual. Jika viewfider dalam 7D terasa sangat lega, itu karena dibekali sistem magnifikasi 1.0 serta pandangan 100 persen.

Sebagai perbandingan, viewfider 50D sendiri memiliki pandangan 95 persen. Beberapa keunggulan EOS 7D lain yang berguna dalam pemotretan adalah ISO maksimal hingga 12.800, fitur antidebu yang otomatis bekerja saat kamera dimatikan, hingga LCD berkedalaman 920.0000 warna. Saat menjajal EOS 7D dengan lensa ekonomis EF-S 18-135 mm f/3.5-5.6 IS seharga Rp5 jutaan. Hasilnya cukup menawan, sementara penggunaannya praktis.

Karena masih bisa mendapatkan gambar wide, juga tele sekaligus. Meski tidak dibekali motor USM, lensa tersebut sudah memiliki peredam guncangan (image stabilizer). Sayangnya, karena keterbatasan memori, tidak banyak utak- atik fasilitas video HD. Yang jelas, selain dapat melakukan setting manual terhadap exposure control, pengguna juga dapat memilih jenis file sesuai frame rates. Mulai 1920x1080 (full HD), 1280x720 (HD), maupun standar definiton (640x480).

EOS 7D mungkin tidak seperti EOS 5D yang hanya mau beroperasi dengan lensa Canon EF ( L series). Tapi, tentusaja, kamera ini baru bisa bekerja maksimal jika disandingkan L series. Karena itu, sebelum membeli EOS 7D, pikirkan dulu investasi tambahan untuk membeli lensa L yang harga termurahnya Rp10 jutaan itu.

0 komentar:

Posting Komentar